Entri Populer

Kamis, 13 Oktober 2011

Indonesian Next Super Kid

Cieeehhh... lagi bobo aja sadar kamera...

Si pipi tumpah

"ntar dong pap fotonya... blom siap niyyy..."

"sebodo ahh... lagi males difoto..."

"lihat mata sayaaa...."

bobo dulu ahhh...

"tunggu pap... gayanya blom pas nihh!!!"

am I cute??? *_^

Ok, segitu dulu...

Minggu, 09 Oktober 2011

Bragaweg... dulu mah namanya Karrenweg

Setiap orang Bandung pasti sudah tak asing lagi dengan Jalan Braga. Jalan Braga termasuk salah satu jalan paling tua di Bandung. Sekarang Jalan Braga merupakan salah satu landmark Bandung, tampilannya semakin dipercantik dengan jalanan yang tidak terbuat dari aspal, tetapi dari batu (biar kayak jaman baheula meureun nya...). Di kiri kanan jalan suasana tempo doeloe dipertahankan dengan lampu-lampu penerangan yang klasik, walaupun ada juga beberapa bangunan modern seperti Braga City Walk. Mantep dahh... apalagi yang buat hobi foto-foto kayak saya. Narsis dikit boleh lah... *_^

Biar panas terik yang penting eksis... *_^

Dulu... jaman baheula beh ditueuna bareto... Jalan Braga hanya dilalui gerobak yang ditarik kerbau, sehingga disebut Karrenweg (jalan pedati). Jalannya berlumpur di musim hujan, dan berdebu di musim kemarau. Bila malam hari tiba masih gelap gulita sehingga tidak ada yang berani melewatinya. Ujung utara jalan tersebut merupakan tempat yang paling menyeramkan. Di sana tumbuh pohon-pohon besar seperti beringin dan karet kebo (karena sebesar kebo bunting ukurannya). Pohon karet kebo masih bisa dijumpai di samping kiri gedung BI.

Fungsi dan peran jalan semakin meningkat  setelah dibangun De Grote Postweg (Jl. Asia Afrika sekarang). Toko-toko mulai dibangun. Kemudian Karesidenan Priangan beralih ke Bandung dari asalnya di Cianjur. Bandung semakin berkembang. Nama Karrenweg dianggap tak lagi cocok, diganti menjadi Bragaweg.

Nama Bragaweg menurut kuncen Bandung Haryoto Kunto diambil dari nama perkumpulan tonil Braga. Ada juga yang mengatakan berasal dari kata bragadern (= tempat pawai / iring-iringan). Yang jelas pada masa sekarang, setiap weekend terutama banyak masyarakat yang hobi fotografi memanfaatkan sepanjang jalan Braga untuk hunting bareng atau sekedar bernarsis ria. Tak sedikit pula yang memanfaatkan suasana Braga untuk foto Pre-Wedding, atau syuting video klip. Yang tak kalah menarik,setiap tahun diadakan Braga Festival yang rameeee....

Ini tempat favorit saya di Braga... *_^

Buat yang suka lukisan, banyak seniman biasa nongkrong di sini. Buat yang suka kuliner, silahkan mengunjungi Sumber Hidangan.

*Sumber : Her Suganda, Jendela Bandung, Penerbit Buku Kompas, 2008

Sabtu, 08 Oktober 2011

Coba Dulu... Baru Nyengir

Yahhh... akhirnya nyoba juga. Padahal aslinya males banget, apalagi paling gak berbakat nulis selain bikin progress report, monthly report, weekly planning, sama bikin laporan praktikum pas jaman kuliah baheula.

Tapi gara-gara si Shogie suka pamer, jadi we pengen nyobain (huaaa... batur mah ti jaman kapaannnn... lah guwe baru sekarang *_^). Bae lah, daripada ngalamun tanpa hasil, mendingan ngalamun jadi se-su-a-tu. Okay lah, mulai sekarang kita go-blog (diajar ngeblog maksudna...). Tapi mo ngapain aja di sini yak?

Okay lah... sesuai dengan minat sajahh... paling moal jauh-jauh tina jepret, sejarah, naon we lah... Yang penting hepi...

Wassalam,


















Kevin Saktiano Papa Dara

Dalem Kaum... sebuah situs, selain tempat belanja

Untuk sebagian besar warga Bandung dan sekitarnya sekarang, Dalem Kaum identik dengan nama sebuah jalan di Bandung yang letaknya dekat dengan Masjid Agung Bandung (sekarang Masjid Raya Bandung). Tempat tersebut identik dengan pusat pertokoan King's dan Kota Kembang buat yang suka belanja-belanji pakaian, sepatu, sampe DVD "kopian"... (ngerti kali maksudnya...).

Tapi tahukan Anda bahwa di Jl. Dalem Kaum terdapat situs sejarah penting bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya ? Ya, di sana terdapat makam pendiri kota Bandung, Raden Adipati Wiranatakusumah II, yang dikenal juga dengan sebutan Dalem Kaum... Itulah alasan jalan tersebut dinamakan Jl. Dalem Kaum. Situs tersebut sepintas nyaris selalu terlewatkan karena sudah 'heurin ku tangtung' pertokoan. Bila Anda kebetulan berkunjung ke Dalem Kaum, tidak ada salahnya bagi yang belum pernah mengetahui untuk bisa mengunjunginya... 'supados teu pareumeun obor' kalau menurut pepatah orang tua kita.

Gerbang gang menuju Situs Dalem Kaum

Jl. Dalem Kaum membentang dibatasi oleh Jl. Otista dari sebelah barat sampai dengan Jl. Lengkong Besar di sebelah timur. Sedangkan situs Dalem Kaum yang merupakan kompleks pemakaman R.A. Wiranata kusumah II, berada di daerah kaum (pelataran sekitar masjid, tepatnya di belakang Masjid Agung).

Kubah Masjid Raya (Agung) dilihat dari Situs Dalem Kaum


Makam R.A. Wiranatakusumah II, pendiri Kota Bandung

Di situs tersebut dimakamkan R.A. Wiranatakusumah II pendiri Kota Bandung, istrinya Nyi Raden Ayu Kendran, juga Bupati Bandung R. Tumenggung Male Wiranatakusumah, penghulu Bandung Raden Soleh, serta menak Bandung lainnya.

Well, bila Anda sedang berjalan-jalan ke sekitar Dalem Kaum, tidak ada salahnya untuk berziarah ke sana. Di gerbang menuju makam juga ada kantor dari Dinas Purbakala (semacam itu lah... lupa persisnya). Jadi Anda bisa memperoleh informasi lebih jauh lagi dari petugas yang ada. 

* Sumber:
- Bpk. Mansur, Kuncen makam Dalem Kaum
- Her Suganda, Jendela Bandung, Penerbit Buku Kompas, 2008

Masjid Raya (baca: Masjid Agung) Bandung

Adalah Masjid Agung Bandung... yang berubah nama menjadi Masjid Raya Bandung setelah renovasi yang terakhir. Gambar diambil dari bagian depan yang dulunya adalah Alun-alun Bandung.

Masjid Raya (Agung) Bandung sekarang


Alun-alun Bandung sekarang menjadi bagian dari kompleks Masjid Raya Bandung dengan menutup jalan antara masjid dengan alun-alun. Saya ingat semasa kecil dulu alun-alun adalah tempat favorit karena ada air mancur yang besarrrrr... (menurut pandangan saya yang masih anak kecil). Sayang, beranjak SMA alun-alun semakin tidak terawat... teu pararuguh pokonya mah. Tapi Alhamdulillah yah... sekarang sudah jauh lebih baik

Pembangunan Masjid Agung dilakukan bersamaan dengan pendirian Kota Bandung tanggal 25 September 1810. Saat pertama kali didirikan, bangunannya berbentuk panggung dengan atap rumbia. Di bagian depan terdapat kolam, tempat mengambil air wudhu.

Dulu atap masjid tidak berbentuk kubah, melainkan 'nyungcung'. Makanya Masjid Agung juga terkenal dengan sebutan 'Bale Nyungcung'. Ada istilah bila ada seorang gadis yang bertanya kapan akan dinikahi akan berkata : 'Kang, iraha abdi bade diajak ka Bale Nyungcung?'. Ternyata dulu orang Bandung 'dirapalanana' (dinikahkan/proses akad nikah) di Balu Nyungcung a.k.a Masjid Agung... jadi diajak ka 'Bale Nyungcung' itu bukan ke KUA... tapi ka Masjid Agung... disitu ternyata salah kaprahnya orang-orang sekarang, sehingga ungkapan 'diajak ka Bale Nyungcung' identik dengan diajak menikah. Cenahhhh... eta oge.

*sumber : Her Suganda, Jendela Bandung, Penerbit Buku Kompas, 2008